Hong Kong nampaknya telah menjadi sarang monyet-monyet liar. Mereka berkembang biak dengan sangat cepat hingga pemerintah harus mengendalikannya untuk menghindari ledakan populasi mereka.
Mudahnya makanan yang diberikan oleh beberapa penduduk kota telah mendorong pertumbuhan jumlah monyet hingga lebih dari 2.000 ekor dalam beberapa tahun terakhir. Begitu banyaknya monyet juga menimbulkan banyak keluhan dari penduduk
yang merasa terganggu karena rasa takut monyet pada manusia telah berkurang.
“Saya rasa masih ada banyak ruang untuk hewan liar. Namun, pedesaan dan kota saling berdekatan dan terkadang timbul konflik,” ujar Chung-tong Shek, dari Departemen Konservasi Pemerintah, seperti dikutip AFP, Jumat (6/5/2011).
Monyet-monyet ini secara agresif mengejar pendaki gunung untuk makanan, menarik tas, dan merogoh saku. Beberapa tahun belakangan ini tindak kriminal para monyet semakin bertambah seiring populasi monyet. Bahkan, banyak monyet yang tersesat karena menginginkan makanan manusia. Mereka terkadang berkeliaran di tempat-tempat perbelanjaan di kota.
Larangan memberi makan yang sudah diterapkan selama puluhan tahun dengan ancaman denda 10.000 dolar Hong Kong atau sekira Rp11 juta, nyatanya sulit membatasi larangan pemberi makan dari turis ataupun pengunjung. Hingga akhirnya pemerintah beralih menggunakan pengendali kelahiran.
Uji coba lapangan pertama kali dilakukan pada 2002. Ini merupakan program kontrasepsi pertama di dunia yang menargetkan pada populasi besar monyet. Metode yang digunakan meliputi vasektomi pada monyet jantan dan suntikan kontrasepsi sementara bagi monyet betina.
Saat ini, program lebih difokuskan pada sterilisasi monyet betina, yang dilakukan dua bulan sekali. Program tersebut telah mengebiri secara permanen atau sementara secara total lebih dari 1.500 monyet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar